Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Imbas The Fed Kerek Suku Bunga, Valas dan Aset Finansial di RI Terancam

 

Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Chief Economist BRI Anton Hendranata mengatakan kenaikan tersebut sudah diprediksi oleh pasar mengingat tingkat inflasi AS yang cukup tinggi sebesar 9,1 persen yoy pada Juni 2022.


NEWS.DUTAMANIS.COM, JAKARTA - The Fed menaikkan suku bunganya sebesar 75 bps pada Federal Open Market Committee (FOMC) Bulan Juli 2022.

Chief Economist BRI Anton Hendranata mengatakan kenaikan tersebut sudah diprediksi oleh pasar mengingat tingkat inflasi AS yang cukup tinggi sebesar 9,1 persen yoy pada Juni 2022.

Menurut Anton, sentimen itu dapat berdampak bagi pasar finansial dan valas RI.

"Naiknya suku bunga The Fed menyebabkan banyak investor memindahkan aset finansial dari negara berkembang menuju AS," katanya, Jumat (29/7/2022).

Hal itu karena return yang ditawarkan menjadi lebih besar dan risikonya investasinya relatif kecil dibanding negara berkembang.

Anton menambahkan aset finansial AS yang menarik tentunya dapat mendorong capital outflow pada pasar finansial Indonesia baik di pasar saham maupun obligasi.

"Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 bps pada Juli ini tentunya dapat semakin menekan pasar obligasi dan saham nasional," tuturnya.

Selain itu terjadinya capital outflow pada pasar finansial dapat mendorong depresiasi nilai rupiah karena permintaan terhadap dolar AS yang meningkat.

Lebih jauh, Anton menjelaskan sektor finansial-valas Indonesia relatif lebih robust (kokoh) dalam menahan gejolak eksternal.

Hal tersebut terlihat dari cadangan devisa yang less sensitive terhadap capital outflow di pasar finansial dan perdagangan.